Bagi Indonesia
punya program pesawat tempur masa depan macam KF-X/IF-X yang notabene masuk kategori
jet tempur generasi 4,5 memang belum cukup. Maklumlah kebutuhan TNI akan
alutsista tak hanya mentok pada urusan pesawat tempur. Sebagai contoh
kebutuhan heli tempur dengan kemampuan serang sebagai “pelengkap” kehadiran
pesawat tempur TNI juga sangat dibutuhkan dan semestinya tak boleh dilupakan.
Apalagi jika yang dijaga adalah wilayah kepulauan seluas Indonesia. Kebutuhan
itu tanpa melalui perdebatan panjang jelas wajib hukumnya.
Kiat untuk menutupi
kebutuhan heli serang bukannya tak pernah dilakukan. Bahkan karena kebutuhannya
yang lumayan mendesak, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) kemudian memodifikasi
heli NBO-105 menjadi heli serang. Namun namanya juga heli hasil
modifikasi, kemampuannya tak bisa di samakan dengan heli tempur murni. Selain
itu heli serang ini lebih cocok untuk bantuan tembakan udara (close air support)
bagi soft target seperti pasukan infanteri, truk militer, rantis dan ranpur
ringan. Sedangkan untuk hard target macam tank lebih cocok diemban oleh heli
tempur.
Nah,
berangkat dari kebutuhan heli tempur itulah PT DI berkreasi menciptakan konsep
heli berkemampuan tempur sejati. Dengan kata lain PT DI sejak awal menggarap
heli ini bagi keperluan tempur alias sebagai combat helicopter. Ini tentunya
berbeda dengan helikopter-helikopter militer yang selama ini dibuat oleh
PT DI. Karena heli buatan PT DI (sampai saat ini) sejatinya merupakan heli
dengan tugas sebagai pengangkut pasukan bersenjata, seperti NAS-332 Super Puma.
Sedangkan tugas sebagai pelahap tank praktis masih kosong.
Dari Basis
Bell-412
Berbekal
pengalaman mengutak-atik berbagai jenis helikopter melalui lisensi, dari tangan
dingin para insinyur Indonesia inilah lahir konsep helikopter tempur bernama
Gandiwa. Sama halnya dengan produk pesawat buatan PT DI lainnya yang mengambil
nama dari cerita pewayangan, seperti CN-235 yang memiliki nama tetuko (nama
kecil Gatotkaca) dan juga N-250 yang memiliki nama Gatotkaca. Gandiwa dalam
cerita pewayangan merupakan senjata busur milik Arjuna yang berisi anak panah
dalam jumlah tak terhingga yang merupakan pemberian dewa Baruna.
Gandiwa yang
basisnya diambil dari heli Bell-412 ini merupakan helikopter tempur dua awak
berkonfigurasi tandem dengan kokpit bagian depan sebagai pos kopilot/penembak (gunner)
sementara bagian belakang sebagai tempat pilot. Meski memakai basis Bell-412,
heli ini sudah mengalami banyak perombakan sehingga dijamin bakal punya rasa
berbeda. Perbedaan paling mencolok adalah konfigurasi kokpit yang dirombak
habis-habisan. Berbeda dengan heli Bell-412 dimana posisi pilot dan kopilot
yang berjumlah dua orang duduk berdampingan (side-by-side), pada Gandiwa posisi
mereka dibuat duduk depan-belakang (tandem). Dengan rombakan kokpit macam ini
sekilas sosok Gandiwa mirip dengan AH-1 Super Cobra yang merupakan heli andalan
Korps Marinir AS.
Selain itu
tak ketinggalan bagian hidung Gandiwa mengalami sedikit perubahan. Tak lagi
terlihat polos seperti Bell-412, tampilan hidung heli ini tampak garang dengan
terpasangnya kubah kanon di bagian dagu yang dapat diputar ke kanan dan ke kiri
untuk menambah fleksibilitas serangan. Perubahan lainnya juga terjadi pada bodi
Gandiwa. Ruang kosong ditengah bodi yang biasanya digunakan untuk menggotong
pasukan dieliminasi. Dengan begitu bentuk fisik Gandiwa menjadi lebih ramping
ketimbang Bell-412. Kiat ini tak lain juga untuk mendongkrak manuver dan
kecepatan heli saat melakukan serangan terhadap musuh. Selanjutnya dikanan-kiri
bodi terpasang sayap kecil (stub wing) untuk mendongkrak daya angkat heli dan
berfungsi sebagai cantelan senjata.
Rampung urusan
fisik, kini giliran bicara mesin penggeraknya. Untuk soal ini, Gandiwa
direncanakan menggunakan dua buah mesin buatan Pratt and Whitney Canada
PT6T-3BE yang masing-masing mesin mampu menghasilkan daya 900 shp. Selain itu,
heli dengan empat rotor blade yang sepenuhnya terbuat dari komposit ini mampu
digeber hingga kecepatan 259 km/jam.
Beralih ke
soal senjata. Daftar persenjataan yang dibawanya bervariatif, antara lain kanon
laras tunggal kaliber 30 mm tipe M230 Chain Gun. Sementara pada stub wing terdapat
empat cantelan senjata. Masing-masing cantelan mampu mengusung berbagai jenis
senjata. Untuk roket misalnya, heli tempur ini mampu menggotong roket Hydra 70
dan CRV7 kaliber 70 mm. Kemudian soal rudal antitank, Gandiwa mampu membawa
persenjataan seperti rudal anti-tank Hellfire.
Jika melihat
daftar persenjataan yang dibawanya, heli tempur Gandiwa sepertinya hendak
meniru keampuhan AH-64 Apache-nya AS. Lihat saja kanon tipe M230 Chain Gun yang
biasanya menjadi salah satu senjata andalan Apache. Bedanya, pada Apache kanon
ini terletak dibawah badan dengan posisi diantara main landing gear. Kemiripan
lainnya terletak pada senjata roket Hydra 70 dan CRV7 serta rudal Hellfire yang
juga biasa diusung Apache.
Terlepas dari
kehadiran Gandiwa, sebenarnya keinginan untuk memiliki heli tempur pernah
direalisasikan TNI melalui pembelian heli tempur buatan Rusia. Simak bagaimana
kedatangan heli tempur Mi-35P tahun 2003 silam. Kala itu pembeliannya dilakukan
bersamaan dengan jet tempur Sukhoi yang kemudian menjadi berita panas yang
menjadi headline surat kabar nasional maupun daerah.
Tapi toh namanya
juga alutsista asing, kehadirannya tidak boleh selamanya jadi andalan angkatan
bersenjata, terlebih bagi Indonesia yang sudah memiliki industri pesawat
terbang sendiri. Bagaimanapun dengan perkembangan industri pertahanan nasional
(dalam hal ini industri dirgantara), kehadiran Gandiwa—meskipun sampai saat ini
konsepnya masih berada di atas kertas, bisa menjadi alternatif untuk mengurangi
dominasi alutsista asing yang masih banyak mengisi armada tempur TNI.
Bumblebee
Sebenarnya
kemunculan heli yang dirancang dengan kemampuan tempur bukan kali pertama
ditampilkan oleh PT DI. Dalam pameran pertahanan Indodefence 2010, PT DI sudah
terlebih dulu menampilkan miniatur helikopter serang ringan dengan nama
Bumblebee-001. Bedanya heli ini basisnya diambil dari heli ringan serbaguna
NBO-105. Tapi entah kenapa (mungkin karena minimnya pendanaan) konsep heli
ini cuma berhenti diatas kertas. (Yudi Supriyono)
Spesifikasi Gandiwa:
Panjang: 17,1 m
Diameter rotor utama: 14 m
Berat kosong: 3.079 kg
MTOW: 5.397 kg
Mesin: 2 x Pratt and Whitney Canada PT6T-3BE, masing-masing berdaya 900 shp
(shaft horse power)
Kecepatan maksimum: 259 km/jam
Jarak tempuh: 745 km
Persenjataan:
Kanon laras tunggal M230 Chain Gun kaliber 30 mm
Roket Hydra 70 dan CRV7 kaliber 70 mm
Rudal AGM-114 Hellfire
Posted in: Teknologi
0 komentar:
Posting Komentar