Kamis, 23 Oktober 2014

Disuntik Gen Manusia, Tikus-tikus ini Jadi Pintar

Dalam film-film fiksi ilmiah (sci-fi) kadangkala menggambarkan hewan cerdas hasil eksperimen dengan mengubah komposisi gen mereka. Di dunia nyata, perkembangan ke arah tersebut dimungkinkan. 

Massachusetts Institute of Technology melakukan eksperiman dengan menggabungkan gen manusia - FOXP2 - dan menyusun ulang pada susunan gen tikus, menghasilkan tikus yang belajar cara menemukan makanan lebih cepat dibanding tikus normal.



Eksperiman semacam ini juga pernah dilakukan tahun 2009. Ditemukan, FOXP2 dari manusia mengembangkan neuron yang lebih kompleks, sekaligus membentuk sirkuit otak yang lebih efisien.

"Tidak ada yang tahu bagaimana otak membuat transisi tersebut, dari berpikir secara sadar untuk melakukannya secara tidak sadar," kata Ann Graybiel, penulis laporan di Massachusetts Institute of Technology, seperti dilansir ABC Science.

Dari temuan itu, Graybiel dan tim melakukan eksperimen ulang menggunakan ratusan tikus yang terbagi dalam dua kelompok. Grup pertama hasil rekayasa genetika, dan grup kedua tikus normal.

Semua tikus tersebut ditempatkan pada labirin yang kompleks. Tujuan akhir menemukan makanan, yakni sepotong cokelat. Pada beberapa bagian tikungan di labirin, ditempatkan beberapa tanda seperti "T" untuk persimpangan, "belok ke arah kursi". Jadi setiap tikus punya pilihan, memperhatikan tanda atau merasakan tekstur lantai labirin - halus atau kasar.

Hasilnya, tikus yang sudah mendapat rekayasa gen manusia bisa menemukan cokelat dalam 7 hari. Sementara tikus normal menghabiskan waktu hingga 11 hari.

Anenya, ketika tanda-tanda pada labirin dihapus sehingga tetikus itu hanya bisa menebak dari tekstur lantai, tikus hasil rekayasa dan tikus normal menemukan cokelat pada waktu bersamaan.

Berdasar eksperimen itu, Graybiel menyusun hipotesa, bahwa gen manusia tidak meningkatkan kemampuan kognitif yang fleksibel. Namun gen manusia membuat otak tikus berpikir secara sekuen, yang disebut pembelajaran deklaratif. Contohnya seperti kita, manusia belajar mengingat secara sadar tanda-tanda lalu lintas secara otomatis bila berulang melewati jalan yang sama.

Penelitian yang tertuang dalam jurnal "Proceedings of the National Academy of Sciences" ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan bayi yang belajar bahasa secara otomatis, dengan menirukan secara sadar kata-kata yang mereka dengar.

Amigdalin, Zat Pada Biji Apel yang Cukup Berbahaya

Sebagian ahli gizi menyarankan agar apel dimakan bersama dengan kulitnya. Hal ini karena kulit apel mengandung serat yang bermanfaat bagi tubuh. Kendati begitu ada bagian dari buah apel yang sebaiknya tidak anda makan, yakni bijinya.

Biji apel memiliki kandungan zat amigdalin. Zat ini dapat dikonversi menjadi hidrogen sianida yang beracun. Akan tetapi, kalau hanya dikonsumsi dalam jumlah kecil maka efek toksin dari biji apel tersebut juga sangat kecil.

http://www.soylution.co.id/webroot/images/contents/img/Apel,_Buah_Populer_dengan_Kaya_Manfaat_Sehat.jpg



Hindari Mengunyah Biji Apel

Selain apel, ada beberapa buah lainnya yang juga mengandung amigdalin, diantaranya adalah plum, persik, quince, dan almond.

Kadar amigdalin yang ada di dalam buah apel termasuk kecil, terlebih lagi zat tersebut baru keluar jika bijinya dikunyah dengan baik.

Amigdalin merupakan toksin glikosida yang apabila dikombinasikan dengan enzim pencernaan akan menghasilkan hidrogen sianida, racun yang setara dengan Cylon B. Racun tersebut juga digunakan pada pembunuhan massal di kamp konsentrasi ketika perang dunia II berlangsung.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgngD9w0ikF0uGARejLkROBIpNnGZ0Gcg2rJgN3ikD3DmJ5UVAJzs0B8a-kc07SBkTTcs4nusf3fcqW40lYpLh4WrF2o4O8dMkh-Ek0Tq7vQLdOhTUDkPlQ-OxYs8kDGTuY98sRyJWX5NP7/s400/apel.jpg

Walaupun demikian, buah atau biji buah yang memiliki kandungan amigdalin dapat diproses untuk menyingkirkan zat beracunnya, misalnya adalah singkong.

Singkong mengandung cyanogen yang sangat tinggi, namun zat tersebut dapat diolah menjadi tepung tapioka. Proses pemasakan singkong dapat membuat cyanogen menjadi tidak berbahaya. Begitu juga dengan kacang almond, yang juga dapat dihilangkan dengan proses yang hampir sama.

Amigdalin yang telah diubah menjadi hidrogen sianida dapat menjadi berbahaya karena zat tersebut akan mengurangi kinerja sel darah merah dalam membawa oksigen. Walaupun dalam jumlah kecil tubuh dapat membuang hidrogen sianida, namun apabila jumlahnya besar, maka bisa berakibat fatal.

Orang yang keracunan hidrogen sianida berisiko mengalami sakit kepala, jantung berdebar dengan cepat, muntah, mual, lemas, dan gemetar. Hal ini bahkan bisa menjadi serius apabila hidrogen sianida datang dalam jumlah yang besar, bisa menyebabkan koma, sesak napas, kerusakan paru, tekanan darah rendah, dan bahkan kematian.

Kembali lagi ke masalah apel, anda tidak perlu risau tentang zat amigdalin yang terkandung di dalam bijinya. Apabila anda tidak sengaja memakan biji apel, maka hal tersebut tidak akan membuat anda keracunan.

Namun, sebaiknya anda sebisa mungkin menghindari mengunyah biji apel. Agar lebih aman, potonglah buah apel menjadi beberapa bagian, kemudian buang bijinya, dan setelah itu makan buahnya.

Hal ini juga berlaku apabila anda ingin memblender apel untuk dibuat jus atau selai, jangan lupa untuk membuang bijinya terlebih dulu.

Sumber :

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Branch